Inilah mungkin suatu hal yang paling indah dari mendua. Jika yang satunya kalah, masih ada andalan lain yang bisa dijadikan pegangan. Tidak perlu larut dalam kesedihan yang mendalam setelah yang satunya harus hengkang dari gelanggang pertandingan.
Seperti yang dialami Inggris. Kekasihku yang satu itu terpaksa lebih dulu tersingkir dalam adu penalti dengan Portugal. Sebelumnya, Republik Ceko pun tersingkir meski sebelumnya harus bertarung dengan kekasihku yang lain, Gli Azurri, Italia.
Semalam, SAYA berdebar-debar ketika Italia harus bertarung hidup mati dengan host, Jerman. Di banyak analisis, Jerman memang difavoritkan melaju ke babak final dan menantang duel dengan tim samba, Brasil.
Ternyata ramalan dari sebuah teknologi teranyar komputer itu sama sekali meleset. Brasil harus puas dikandaskan Perancis di babak perempatfinal dan Argentina mengepak koper lebih dulu setelah Jerman memenangkan duel melalui drama adu penalti.
Tak urung, dua kuku SAYA terpaksa patah karena menahan rasa tegang dan was-was. Tapi di balik semua itu, SAYA sangat menikmati indahnya permainan sepakbola. Permainan cepat diperagakan begitu rupa dan yang mengagumkan, hanya sedikit kartu kuning di banding saat Portugal melawan Belanda di babak 16 besar. Laga itu dijuluki pertandingan terburuk dalam sejarah piala dunia dengan 16 kartu kuning dan empat kartu merah.
Beberapa menit mendekati babak duakali lima belas menit hampir usai, Fabio Grosso memecahkan kebuntuan gol dengan membuka gol pertama bagi Italia disusul tendangan cantik Alexandro del Pierro. Wuih,.....teriakan SAYA ternyata membangunkan ibu kos dan SAYA hanya menjawab," maaf Bu, piala dunia cuma empat tahun sekali. Pacar saya semuanya bermain di ajang ini," kata SAYA, maksudnya, dalam hati saja. Bu kos SAYA kan termasuk kejam, hi.......!!!!!
By The Way, i Love U All My love Teams.
Wednesday, July 05, 2006
Indahnya Mendua di Piala Dunia
dari sang pencinta Unknown pada Wednesday, July 05, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment