CLICK HERE FOR THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Friday, October 27, 2006

Gila Urusan

"Wid, rambut kamu kok tambah merah sih," kata salah seorang rekan kerja (yang kebetulan banget cowok) Dalam hati sih, aku mengumpat, lha ini urusan aku dong kalau rambutku dimodel apa saja dan diwarnai dengan warna tembaga sekalipun. Lagian, kok cowok mau ngurusin semua hal kayak gini. "Selama aku senang aku akan melakukan yang terbaik bagi diriku," pikirku. Seorang kawan jauh dan baru bertemu usai Lebaran "menatap" dengan pandangan heran.

"Wid, kok kamu tambah kurus, diet ya," tanyanya dengan mata membelalak. Spontan saja aku malu banget. Ngomongnya di depan orang banyak. Persoalannya memang bukan itu. Aku termasuk orang yang anti menyiksa tubuh hanya untuk mendapatkan sesuatu yang ideal. Termasuk diet-diet-an. Tapi, saat aku beri jawaban, kawan ini (untunglah ia perempuan, jadi kenyinyirannya aku tolerir saja) hanya terbahak. Lagian, kalau orang kurus bukan berarti diet. Bisa saja lagi memang gak bisa makan, punya gangguan pola makan, atau memang malas makan. beda dong dengan diet.

"Malas makan,katamu," jawabnya, sambil berbisik. Aku cuman tersenyum kecut saja. Bagiku, berdebat hal yang sepele adalah suatu hal yang sangat melelahkan. Makanya, aku heran banget saat banyak orang yang "rela" berdebat dengan aku. "Bisa-bisanya," kataku dalam hati. Tapi, untuk ini, aku hanya melambaikan tangan dan mengatakan cuek saja lagi.

Nah, ini yang paling bikin dongkol. Kemarin, pas nonton Dealova di RCTI, Kamis (26/10/2006), seorang rekan kerja nyeletuk. "Kayaknya, widi pas kalau pake pink juga," komentarnya setelah melihat seorang pemain mengenakan pakaian pink. Aku benar-benar sangat marah. Orang ini yang selama aku kerja bener-bener bikin tekanan darah naik. Kalau di matanya aku "gak modis" dia yang paling ribut. Padahal, dia cowok yang udah nikah. Menyebalkan banget.

"Urusan busana adalah urusan saya, mau saya pakai warna norak sekalipun itu urusan saya," kataku sambil menatap tajam kepadanya.

"Ini kan wujud perhatian teman," katanya, membela diri. Aku menatapnya tajam sambil tersenyum kecut.

"Inilah manusia, selalu merasa mengetahui yang terbaik bagi orang lain dan merasa punya andil untuk mengubah seseorang. Lucu sekali," ketusku. Baru saja ia mau bicara, aku kemudian memotongnya.

"Lihat saja di infotaimen, dan berita seleb luar negeri. Sampai tindik hidung pun diperbincangkan apakah pas atau tidak. Tas hingga pakaian dan syal pun tak luput. Manusia merasa punya hak mengetahui tentang jati diri seseorang sementara mereka sendiri mengelak untuk dimasuki kehidupannya,"

Ia cuma tersenyum pendek. Aku lalu melanjutkan," kamu itu pengintai dan menganggu privasi serta melakukan perbuatan tidak menyenangkan. Aku bisa menuntut kamu karena membuat aku merasa tidak nyaman dengan segala komentarmu," tambahku. Ia hanya melirik sekilas ke arahku dan matanya kembali menatap ke arah televisi. Aku tahu, meski matanya ke televisi, ia tidak konsentrasi penuh.

Sebelum meninggalkannya, aku sempat mengacungkan tiga jari. "Tapi,aku rasa kamu tidak akan peduli, toh hukuman penjaranya cuman tiga bulan," kataku. Sebenarnya, tidak enak banget deh soalnya baru saja Lebaran, maaf-maafan. Tapi, kalau gak di beri batas, wah, mereka pada ngelunjak dan seenaknya membuat komentar yang gak enak.

Daripada aku makan hati mending diberi pembalasan yang setimpal. rekan kerja itu lalu ngeloyor pergi sementara teman lain datang padaku. Belum lagi rekan kerja itu bicara saya sudah memberikan "wejangan" kepadanya.

"Kamu tahu kan aku orangnya tidak mudah marah. Aku akrab banget dan juga suka bercanda. Tapi, setiap orang punya pembatas yang tak boleh dilewati dan harus dihargai oleh orang lain. Manusia hidup untuk saling mengerti dan aku rasa mereka sudah melewati batas merah yang aku buat untuk kehidupan pribadiku," kataku, panjang lebar.

Teman ini hanya diam dan duduk di sampingku. Mungkin ia merasa agak tersindir karena selama ini, ia terlalu mau tahu dengan siapa aku jalan, siapa pacarku, dan hal-hal yang tidak perlu dibicarakan pada banyak orang.

Maafkan aku Tuhan karena telah membicarakan orang lain di blog ini.
Widya

0 komentar: