CLICK HERE FOR THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Thursday, January 05, 2006

Kepada Kakek Tua, Maafkan Aku

Saat ini, aku merasa perasaanku sangat hancur dan ketika berusaha mengangkat wajah, aku tahu, bayangan perasaan bersalah akan seakan menampar wajahku. Tapi, seperti kata pepatah, apa arti sebuah penyesalan, toh, kosa kata itu diciptakan untuk menggambarkan kejadian masa lalu yang tak perlu diperdebatkan lagi meski hati nurani sering mengetuk dan berharap agar masa lalu bisa diulang lagi. Sekali saja.

Suatu sore, matahari begitu ramah menyapa setiap orang dan semua dalam keadaan bergegas karena metropolitan tak ingin ada kemalasan di kehidupan masyarakatnya. Aku pun dalam keadaan tergesa berangkat menunaikan tugas yang membuatku masih tetap hidup hingga saat ini. Aku dibayar untuk pekerjaan itu.

Perlahan, aku melihat sosok tubuh terbungkus kulit keriput dengan baju yang lusuh. Kakinya, agak sedikit bengkok dan jalannya tertatih tanpa alas kaki. Aku melihatnya sekilas dan, yah, aku tahu sebagai manusia aku sedikit iba dengan sosok itu.

Rambutnya memutih dengan janggut yang juga putih keperakan. Ia kelihatan kebingungan. Ia melihat ke arahku sekilas. Anehnya, ada banyak orang di sekitar itu dan ia memilih akan bertanya kepadaku. Dengan refleks aku menghindar (mengira ia adalah orang gila dan sering mengganggu pejalan kaki) dan tanpa sengaja,mataku melihat tangannya menggengam amplop berwarna putih dan coklat. Tapi, aku sudah naik ke kendaraan dan tiba-tiba aku menangis dalam hati.

Sekilas aku melihat, ternyata ia berusaha menyeberang jalan dan lalu lintas terlalu padat. Barangkali ia baru saja mendapatkan bantuan langsung tunai (BLT) dan ia akan ke rumahnya memberitahukan keluarga dekatnya. Wajahnya, masih kebingungan dan.......aku tahu ini akan mengikutiku sepanjang hidup. Perasaan bersalah yang barangkali akan terus hidup hingga ajal datang menyapa
PS:
Kepada kakek tua, aku minta maaf dan mohon engkau melupakan semua kesalahanku

0 komentar: